Rabu, 14 Januari 2009

Ingatlah Nak,
Uang itu Bukan Segalanya.....tetapi
Uang itu
di atas
Segalanya!
(Nasihat Bu Matre pada Anaknya sebelum pergi merantau)

Rabu, 07 Januari 2009

JALAN TOL(OL)











Jalan Tol. Jalan bebas hambatan.
Kita pernah melewatinya. Umumnya bayar.
Kenapa bayar? Karena ada kelebihan dan kemudahan serta manfaat yang kita peroleh darinya. Naik mobil di jalan tol sebaiknya mobil yang relatif prima kondisinya kalau tak mau celaka. Ini berarti teknologi kendaraan harus cukup canggih untuk berkendara di jalan yang canggih pula. Jalan tol bisa jadi potret budaya modern kita: praktis, cepat, mesin, bebas, teknologi.

Namun kenikmatan "modern" ini jangan sampai menggilas apa yang natural atau alami.
Sebab menurut saya manusia tidak hidup dari mesin saja, ia juga butuh sentuhan alam.

Kontras ini yang saya potret disini.
Foto-foto ini di ambil dari atas kendaraan yang melaju di jalan tol. Kamera yang digunakan kamera hape. Foto sederhana, namun menyeimbangkan antara mesin/teknologi di satu pihak dan alam kehidupan/ciptaan Tuhan di lain pihak.
Mudah-mudahan dengan demikian jalan TOL menjadi lebih manusiawi, bukan jalan keTOL(OL)an manusia: arogansi ciptaan manusia diatas ciptaan ilahi.

Memotret yang Tak Terpotretkan














Desember kami sekeluarga ke Pangandaran. Semua yang di perlukan sudah disiapkan. Bagi saya tentu saja kamera harus siap. Pasti ada banyak pemandangan pemandangan yang layak foto. Maka jauh hari saya sudah survey ke sekian toko foto, maksudnya mau beli kamera DLSR. Kamera besar macam Sony dan Nikon. Sampai batas waktu ternyata, kantong saya belum siap, apalagi nilai tukar dollar tak ramah terhadap rupiah. Dengan berat hati saya pergi berlibur. Oke, saya tetap memotret dengan kamera seadanya, dan kamera yang ada ya di HP SE 550i saya.

Hasilnya, eh.... tak mengecewakan. Foto berikut ini di copy dari kamera hape tanpa editan photoshop. Tentu bukan karena kamera Hape yang canggih, kamera ini sangat terbatas, sebab itu saya berusaha mengenal karakter kamera, mengenal pemandangan yang ada dan momen yang tepat. Apa yang tersaji didepan mata sebenarnya sesuatu yang tak terpotretkan. Pemandangan yang luar biasa. Sekalipun saya memakai kamera super canggih berharga ratusan juta, tetap saya memotret yang tak terpotretkan. Yang mampu ditangkap kamera hanya sebagian dari keindahan alam. Betul lho..., pemandangan yang tersaji didepan mata kita nikmati bukan dengan mata saja, tetapi dengan segenap jiwa raga kita, dalam suasana
tertentu di tepi pantai, kaki menapak di pasir pantai, angin sepoi
membelai kulit. Ini semua tak terwakili di dalam sebuah gambar foto.

Cari Muka
















Manusia suka cari muka. Bukan, maksudnya bukan dalam pengertian negatif lho. Manusia suka cari muka atau wajahnya pada berbagai benda yang ia temui di alam ini. Ia bisa melihat sebatang pohon mirip wajah kakek-kakek, ia bisa menemui wajah lucu di daun pintu rumah dan seterusnya... Nah, putri saya tiba-tiba menemukan wajah di buah delima yang matang merekah.


"pa, pinjam kamera...".

Dan tampilah wajah pada delima yang semula luput dari pandangan saya.
Saya jadi penasaran, saya juga ikut mencari wajah lain di delima yang sama.
Eh, ternyata masih ada ekspresi wajah lain di sana. Jadilah satu delima dengan aneka wajah.
Cermin itu ternyata tidak harus terbuat dari kaca yang memantulkan wajah diri.
Cermin itu bisa benda berupa buah, batu, awan yang memantulkan imajinasi kita, yang memantulkan wajah orang lain.(apalagi kalau wajahnya jelek..he..he..he)