Jumat, 22 Agustus 2008

Mau Anjing Penjaga atau Jadi Penjaga Anjing ?










KEMARIN, KAMI DIPINJAMI ANJING POM, tepatnya anjing Pomeranian. Wow, anak-anak kami langsung excited. Baru kali ini kami berkenalan dengan anjing jenis ini, yang biasa digolongkan ke dalam toy dog, anjing untuk diperlakukan sebagai boneka hidup oleh pemiliknya. Anjing ini masih anak-anak. Karena belum punya pengalaman kami bertanya pada kawan yang juga memiliki Pom, bagaimana merawat anak Pom ini. Ternyata, repot juga ya. Makan tak boleh asin-asin, karena bulu bagusnya bisa rontok, lalu jangan di lepas di halaman/kebun, karena selain jadi kotor, Pom juga bisa jadi cacingan....Makannya? Roti, telur juga daging/dogfood. Terus banyak pantangan lainnya. Aduh, bertolak belakang banget dengan anjing-anjing yang kami pelihara selama ini. Anjing kami selama ini begitu mandiri dan sangat praktis perawatannya. Yah itulah bedanya guard dog dengan toy dog. Guard dog adalah anjing penjaga. Minimal suara dan sikapnya mampu menakut-nakuti calon maling.

Pengalaman sehari dipinjami anjing Pom membuat kami sekeluarga senang, tapi juga sekaligus menjadi penjaga anjing.Lucu juga pikiran ini, biasa kami dijaga anjing, kini kami menjaga anjing. Kami suka Pom karena bulunya halus dan ia begitu imut.Tapi, bila kami lalai dengan makanan dan tidak mengawasinya baik-baik, ia bisa saja main di kebun dan tenggelam di kolam ikan belakang rumah. Pergi keluar, pintu rumah mesti ditutup, karena bila ia keluar rumah, kami hakulyakin dalam hitungan detik ada orang yang menculiknya. Karena, menurut kawan kami pencinta anjing, Pom kecil semacam itu pasarannya 3 jutaan.

Untuk sebuah kesenangan, memiliki ’boneka’ hidup seperti Pom ini ternyata ongkosnya sangat mahal. Wah...Cape Deeh, mendingan punya anjing penjaga dari pada jadi penjaga anjing.

Boneka Cina


Ini satu lagi surat ucapan terimakasih dari Kayla untuk Tiarma.
Ceritanya Tiarma Sirait rekan kami pulang dari Beijing membawa oleh-oleh boneka/maskot Olimpiade untuk Kayla. Sebetulnya ke Beijing bukan dalam rangka nonton para atlet dunia berlaga, juga bukan dalam rangka mendukung team bulutangkis Indonesia, tapi dalam rangka pameran seni rupa.
Nah kembali ke surat ucapan terimakasih tadi. Surat dibuka dengan cara yang tak lazim, yakni from Kayla (nama penulis) lalu garis miring tandatangannya.
Kemudian pernyataan bahwa ia senang menerima boneka tsb sekaligus ditutup dengan pernyataan bahwa temen juga punya yang warna biru. Memang panitia Olimpiade membuat beberapa maskot olimpiade dengan warna berbeda.
Rupanya kampanye panitia olimpiade cukup efektif membuat ’awareness’ masyarakat dunia, buktinya anak kami familiar dengan maskot olimpiade.

Rabu, 20 Agustus 2008

Walau Aku Pilih 1, Tapi Aku Juga Suka 2


ITULAH UNGKAPAN HATI Kayla, putri kami, ketika menerima hadiah boneka berupa sepasang pengantin dari pengantin baru. Kisahnya begini, ada pengantin baru rekan kami, Natalia dan Purwanto, yang menjanjikan hadiah boneka sebagai kenangan pernikahannya. Lewat SMS, Kayla ditanya, mau boneka yang mana? Yang cowok atau cewek? Maka Kayla menentukan pilihannya.

Begitulah janjinya, maka keesokan harinya Kayla mendapat bingkisan boneka dalam tas. Tatkala dibuka, ternyata bukan satu, tapi sepasang pengantin beruang. Rupanya sang pemberi hadiah mengurungkan niatnya memberi satu boneka, mereka memberi sepasang, kan pengantin itu pasangan. Kayla amat senang dan lahirlah surat ucapan terimakasih yang bisa dibaca di sini.

Pilih 1, tapi memperoleh lebih.
Inilah salah satu sisi hidup kita yang kerapkali terlewat dari pengamatan kita.
Kita memilih satu, karena keterbatasan kita, eh... tetapi ternyata yang Mahakuasa memberi kita dua..., tiga....., bahkan lebih dari yang kita harapkan.

Senin, 18 Agustus 2008




Kemerdekaan suatu bangsa itu
bukan sekadar kata-kata
atau upacara sakral belaka, tetapi
antara lain
tercermin dari
cara bangsa itu
memperlakukan
anak-anaknya.

Tak Ada Mainan, Ya Main Tangan







SATU KARUNG RONGSOKAN MAINAN PLASTIK YANG HARUS DIBUANG.
Itulah hasil beres-beres rumah selama liburan. Ya, rongsokan itu berasal dari mainan anak lelaki kami 6 tahun lalu.
Kami ingat, ketika kecil bertubi-tubi ia dibelikan mobil-mobilan plastik, senjata plastik, truk, helikopter dsbnya. Mainan diberikan oleh orang tua, paman, bibi, teman.
Melihat sampah itu, kami berpikir apa betul anak baru bisa bermain kalau ada mainan?
Anak dan permainan tak dapat dipisahkan. Bermain merupakan salah satu cara anak mengembangkan imajinasi, mengekplorasi dunia, bersosialisasi dengan teman-temannya.
Bermain itu penting.
Itu bisa dilakukan dengan benda mainan atau tanpa mainan.
Benda mainan adalah benda yang dirancang khusus dan dijual sebagai mainan anak seperti mobil2an/boneka Ya, tentu saja kalau mau hemat kita bisa membuatkan mainan baginya dari kulit jeruk Bali, dari kayu dari bahan yang terdapat di sekitar kita yang murah dan aman. Atau dengan benda sehari-hari yang dialih fungsikan sebagai mainan (ember besar jadi perahu, sapu jadi bedil).
Tanpa mainan? Ya anak bisa bermain dengan hepi, murah meriah tanpa benda mainan seperti di atas. Bagaimana? Saya menyadari ini ketika melihat 4 anak kecil di pinggir warung di pasar sedang bermain, permainan tradisional dengan memanfaatkan anggota tubuh mereka, yakni tangan. Tangan dilipat, dikepal, dicubit, ditumpuk, digerakkan dstnya. Inilah permainan tanpa benda mainan. Inilah permainan tradisional kampung yang sudah tidak asing lagi, dimainkan sambil berpantun atau dilagukan.
Dari pengamatan saya melihat permainan ini juga bisa memenuhi fungsi sosial, keakraban, kontak fisik, kecekatan, melatih ikepekaan irama yang tidak kita dapati pada game komputer, minim pada benda mainan modern (yang banyak disentuh cuma boneka/mobil mainannya)Begitu banyak permainan modern yang tak memiliki dimensi ini.
Padahal , Indonesia kaya akan tradisi semacam ini.

Minggu, 10 Agustus 2008

Anak Kota Sejati

SETIAP PAGI DAN SORE ADA SAJA ANAK_ANAK KECIL datang sendiri atau diantar ortunya, melongok melalui pagar rumah kami, untuk melihat si Moli. Si Moli itu anjing kami, anjing kampung yang kami rantai di tiang garasi. Tak ada yang istimewa pada Moli. Ia kerempeng, bulunya standar. Sekali lagi ia hanyalah anjing kampung biasa.
Jadi mengapa ia begitu menarik bagi anak-anak di sekitar rumah kami?

Ada beberapa kemungkinan,
Pertama Moli satu-satunya anjing di perumahan ini.
Kedua, anak-anak kota ini belum pernah melihat anjing hidup dari dekat.
Ketiga, anak-anak kota belum pernah ke kebun binatang.

Itu sebabnya anjing sederhana seperti Moli bisa jadi pusat perhatian anak-anak.
Kalau ketiga kemungkinan benar, ini petanda betapa jauhnya anak-anak kota dari alam, khususnya binatang. Inilah yang disebut sebagai Anak Kota Sejati. Artinya ia hanya akrab dengan mobil yang sliweran di jalan raya, akrab dengan bau knalpot, akrab dengan gedung dan tembok diperkotaan.

Di sekolah, ketika pelajaran menggambar binatang diberikan, bu guru meminta anak-anak menggambar ’Puma’; maka anak-anak dengan semangat menggambar hewan puma dalam bentuk sepatu. Itulah anak-anak kota sejati.

Kebutuhan Orang Modern

KETIKA DUDUK DI BANGKU SMA SAYA BERGABUNG DENGAN KELOMPOK TEATER SMA. Jujur saja. Daya tarik utama bukan karena saya tertarik menjadi aktor, tetapi tertarik dengan model latihan dasar teater yang mereka terapkan.
Mereka menyebutnya sebagai olah tubuh, olah vokal dan olah rasa.
Mungkin karena guru teaternya terpengaruh sistem pelatihan Bengkel Teater Rendra yang amat populer kala itu.

Latihan dasar yang diberikan sangat variatif, merangsang imajinasi dan menantang.
Salah satunya adalah menyelaraskan diri dengan irama alam.
Ada berbagai metode, misalnya melalui meditasi/latihan penyadaran kita merasakan
angin, rumput, bebauan yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian pancaindera semakin dilatih semakin peka. Bila tiba-tiba turun hujan deras, para peserta tak terbirit-birit lari berteduh, mereka tetap di tempat, justru mereka berupaya untuk selaras dengan
deru hujan. Jatuh sakit? Herannya tidak ada yang menjadi sakit, flupun tidak.

Latihan semacam ini sebenarnya bersumber dari Timur, tepatnya para Yogi di India.
Melalui latihan ini diharapkan calon aktor semakin peka dengan alam. Kepekaan terhadap alam akan memperkaya batin aktor. Kekayaan batin inilah modal utama aktor dalam berperan. Bagaimana ia dapat memperkaya batin para penonton bila ia sendiri miskin batinnya.

Mari kita perlebar dari latihan teater ke kehidupan kita sehari-hari.
Dunia menghadapi pelbagai krisis ekologi, yang sekarang sedang popular adalah global warming. Mengapa begitu sulit mengajak orang peduli terhadap masalah ini? Salah satu penyebabnya karena mereka sudah tidak peka lagi terhadap alam. Tidak berhenti di situ,
mereka bahkan terasing dari alam. Padahal, hidupnya amat sangat tergantung pada alam.

Jadi, bukan orang teater saja yang perlu latihan keselarasan dengan alam untuk memperkaya batin, orang modernpun amat sangat memerlukannya. Karena bagaimana
ia dapat menyelamatkan alam/bumi bila sang penyelamat terasing dengan yang akan diselamatkan.

Mari Membongkar Trik Para Pesulap

MENONTON SULAP ITU MENYENANGKAN, namun tak kalah menyenangkannya adalah mengetahui bagaimana trik sulap dilakukan.
Disalah satu stasiun televisi swasta ada satu pesulap senior mancanegara yang berhenti melakukan pertunjukkan sulap dan menggantikannya dengan acara membongkar trik para pesulap. Dalam acara itu ia membongkar bagaimana para pesulap selama ini ’menipu’
Penonton, misalnya bagaimana memutilasi tubuh wanita sementara itu potongan tubuhnya masih bergerak-gerak, bagaimana mengangkat tubuh wanita di udara, bagaimana menghilangkan gajah dstnya...
Dari acara ini kita melihat bagaimana sulap ’menipu’ penonton dengan beberbagai cara, beberapa diantaranya:
-Menggunakan peralatan khusus
-Mengalihkan perhatian dengan gerakan tangan/atraksi
-Mengkondisikan pikiran penonton dengan dandanan dan citra tertentu (baju hitam,
Rias wajah khas dllsbgnya)
-Ketrampilan tangan.
Semua trik ini sebenarnya bukan hanya milik para pesulap dipanggung pertunjukkan tetapi juga milik para pesulap dipanggung kehidupan. Siapakah para ’Pesulap’ golongan yang disebut terakhir ini?
Mereka adalah para koruptor di negeri ini. Ya, tak berlebihan bila mereka disebut pesulap karena bukankan mereka kerap kali menyulap uang rakyat. Rakyat cukup lelah menyaksikan atraksi mereka di panggung kehidupan. Ulah mereka bukan membuat rakyat terhibur, tetapi justru muak. Kini tiba saatnya untuk membongkar trik pesulap macam ini. Perlu diketahui, trik mereka tidak jauh dari trik pesulap panggung pertunjukkan yang disebut di atas tadi, yakni:
- Menggunakan peralatan khusus: para koruptor pesulap punya bahasa sandi, cara, sistem
yang khusus untuk melancarkan aksi mereka.
- Mengalihkan perhatian rakyat untuk menutupi tindakannya, sehingga rakyat tak
Curiga. Bahkan sekalipun mereka kepergok, mereka tetap berupaya mengalihkan
Perhatian masyarakat, nah bila masyarakat sudah lupa, mulailah upaya penyelamatan diri dilakukan.
- Mengkondisikan pikiran orang dengan kedudukan/jabatan/atribut pakaian.
Masakan iya orang terpelajar/beribadah seperti itu korupsi sih?
- Ketrampilan tangan. Untuk korupsi perlu ketrampilan melihat, memanfaatkan setiap
peluang yang ada.

Setiap peluang yang ada.

Irama Alam Di Pekarangan Rumah

ADA YANG KAMI TUNGGU SATU TAHUN SEKALI. Tepatnya di bulan Agustus pasti ada pemandangan yang meriah di pekarangan rumah kami, yaitu bunga-bunga jingga bermekaran dari tanaman rambat di tembok.

Inilah jenis tanaman yang mekar 1 tahun sekali di bulan kemerdekaan RI. Mengapa? Kami belum tahu jawabnya, tapi yang pasti demikianlah irama tanaman tersebut.

Memang setiap tanaman memiliki irama, setiap pohon buah memiliki musim berbuah sendiri, ini lumrah. Namun, karena tanaman rambat kami hanya berbunga 1 tahun sekali dan di bulan tertentu, mungkin itulah yang membuatnya jadi pusat perhatian.
Ia jadi agak istimewa, karena mekar tak sepanjang waktu, kami jadi menunggunya. Dan ketika mekar kami semua gembira menikmatinya. Itulah irama alam ciptaan Tuhan.

Inilah salah satu irama dari sekian banyak irama alam lainnya. Saya jadi ingat masa kecil
di Bandung tahun 65-an. Jelas sekali irama alam terasa. Pagi masih rutin berkabut, lalu waktu tertentu ada musim jangkrik di halaman rumah kami, berlimpah jangkrik berlompatan masuk rumah. Kemudian digantikan musim kumbang air hitam, belalang, dan laron. Ini rutin setiap tahun sehingga kami anak-anak amat akrab dengan serangga-serangga kecil itu. Sekali lagi, itu terjadi di tengah kota Bandung, bukan di pedesaan.

Kala itu mainan anak-anak tanpa peduli status sosialnya adalah serangga-serangga musiman itu tadi. Maklum siaran TV belum seperti sekarang dan belum ada Game atau Playstation.
Musim binatang terkait erat dengan irama musim tanaman dan pepohonan tertentu. Tanaman dan pohon juga tumbuh karena irama musim hujan atau kemarau yang tegas. Selanjutnya ini juga mempengaruhi musim permainan anak-anak seperti layangan atau permainan kelereng.

Irama alam ini banyak faedahnya. Pertama ia mengajar kita bersabar, bersyukur, tekun dan berharap pada yang Maha Kuasa. Saya bisa membayangkan perasaan petani yang menanam padi dari benih hingga panen.
Kedua, alam juga punya detak kehidupannya sendiri. Mungkin sampai batas tertentu manusia bisa memaksa alam menuruti keinginannya, manusia lantas merekayasa genetik
tanaman, merekayasa sedemikian rupa sehingga ayam bisa bertelur sepanjang waktu, buah bisa berbuah tanpa menunggu musim. Memang sepintas kita menjadi makmur, namun sebenarnya secara kualitas batiniah, kehidupan kita merosot.
Ketiga, irama menunjukkan kondisi. Orang sakit bisa di deteksi dari irama detak jantungnya. Demikian halnya dengan alam kita. Bila irama musim terganggu, ini pertanda ada sesuatu yang tak beres.

Selasa, 05 Agustus 2008

Tulisan 14 Tahun Lalu



Lahir, ulang tahun, wisuda, pernikahan dan kematian merupakan beberapa momen penting dalam kehidupan kita. Kita merayakannya dan juga kita berupaya mengabadikannya dengan berbagai ungkapan dan cara. Dari ekspresi yang murah dan bersahaja seperti tulisan tangan di buku harian sampai yang menuntut biaya dan teknologi seperti foto, film keluarga dsbnya.

Ada suatu dorongan yang membuat seorang ibu yang baru melahirkan merasa penting untuk mencatat dalam buku harian perkembangan perilaku bayinya. Seorang pemuda kasmaran tiba-tiba mampu merangkai kata mencipta sajak cinta. Seorang anak sambil bercucuran airmata membaca puisi yang menyentuh tentang ibunda didepan peti jenazah ibunya.
Dorongan ini acapkali muncul dalam diri manusia, tak peduli ia seniman atau bukan.

Ketika merapikan rak buku, saya menjumpai beberapa buku yang merekam momen semacam ini. Ada tulisan dari istri saya tentang kelahiran putri kami, ditulis 13 tahun lalu, di buat di beberapa buku tulis. Semua kami simpan, karena kami anggap semua benda itu merekam momen penting dalam kehidupan keluarga kami.


Saya turunkan buku berdebu itu dari rak dan memperlihatkannya pada istri saya.
Reaksi istri saya ternyata sama. Melalui tulisan itu, kenangan masa lalu ketika putri kami masih bayi muncul kembali sangat kuat. Kami heran ternyata begitu banyak hal yang kami lupakan. Untung ada catatan ini. Membaca catatan harian ini bukan saja membuka kenangan indah, tetapi juga betapa berharganya anugerah Tuhan.
O, ya..... bukan kami saja yang merasa anugerah Tuhan, putri kamipun turut merasakannya ketika ia membaca catatan harian bayinya.

Kebenaran !


Kau kucari
Kau tak ada
Tak ada di kolam, di lubang tanah Jombang
Tak ada di ruang rapat para pejabat wakil rakyat

Kemana kamu
Jangankan bayang tubuhmu
Apalagi sosok dan perilakumu
Suaramu, nyanyianmu
Tak lagi kudengar

Kau kucari
Di layar kaca
Di berita koran
Di jalan raya
Di Kampus
Di Pengadilan
Kau kucari

Kebenaran.......



Kau tak menjawab juga
Mungkin benar desas desus yang mengatakan
Bahwa kini kau telah menjadi gagu
Dengan tubuh terbaring beku
Tak sepatah katapun keluar dari mulutmu
Lalat dan nyamukpun bebas singgah ditubuhmu
................

Kebenaran ?





Apa kamu bisa kubeli?
Mahal atau murah?
Kalau aku di sampingmu
Hidupku jadi gampang atau susah sih?
Senang atau deritakah yang menyertaimu ?
...............

Dua Bersaudara: Concern & Consen

Dua kata diatas Cuma beda satu huruf, yakni ‘r’. Concern (peduli) dan Concen (dari concentration/konsentrasi). Keduanya penting akhir-akhir ini dalam kosakata kita.
Sering terdengar ‘Kamu concern ga sih sama nasib kita ?’ atau ‘Pemerintah ga concern sama nasib rakyat kecil seperti kita’.
‘Ayo anak-anak, coba concen (konsentrasi) sama pelajaran ini ’ demikian pinta guru.

Salah satu bukti bahwa kita peduli/concern adalah kita concen/konsentrasi, artinya pikiran atau hati perlu dipusatkan sebulat mungkin dipusatkan pada masalah yang dihadapi.
Concen berarti mencurahkan/mengarahkan pikiran, perhatian dan tenaga pada satu pekerjaan, subjek atau gagasan.
Concern berarti kuatir, peduli, punya hati, simpati yang ditujukan kepada sesama manusia.

Kedua kata tadi sangat erat hubungannya bagai dua saudara kembar. Mereka dapat kita gunakan dalam retorika verbal percakapan sehari-hari.
Misalnya, ’Ah, Anda sudah tidak concern lagi sama nasib kami, buktinya Anda sudah tidak concen sama proyek ini’.