Selasa, 19 Februari 2008
Sakit
Si bungsu mendadak demam tinggi. Kami jadi kuatir. Karena demam di rumah kami bisa menjadi pertanda buruk atau lebih buruk lagi. Sejarah demam di keluarga kami beberapa kali merujuk kepada demam yang ditakuti, yaitu demam berdarah. Apalagi jika cirinya mirip dan memenuhi syarat dengan pengalaman demam-demam berdarah yang lalu. Tanda sakit ini cukup membingungkan karena dewasa ini alam di Indonesia tak ramah. Akhir-akhir ini angin dingin bertiup kencang, di tempat lain malah bencana banjir longsor bertubi-tubi. Sekeliling kita, di kantor, di tempat umum banyak orang yang batuk dan flu. Di televisi tak putus-putusnya iklan obat demam dan flu.
Rasanya lengkap sudah semua hal yang negatif dalam hidup ini: berita teve,koran, anak sakit, alam buruk, perasaan cemas dsbnya. Namun ada satu yang patut dicatat dari semua aura negatif ini. Diantara dinginnya alam dan panasnya demam ternyata dapat muncul kehangatan kasih sayang. Memang amatlah normal kalau anak sakit pastilah ortu akan memperhatikan dan mencurahkan kasih sayangnya. Namun yang namanya kasih sayang itu bisa dingin, tidak hangat.
Anak sakit yang perlu perhatian bisa diserahkan pembantu, dibiarkan di rumah di beri mainan agar terhibur. Kasih sayang model begini termasuk kelompok dingin, sedingin angin musim hujan yang membawa ribuan virus.
Padahal, selain obat dokter, orang sakit perlu kehangatan hati merupakan vitamin paling esensial untuk medikasi dan kehangatan hati ada dalam kasih sayang sejati.
Untuk merealisasikan kehangatan hati ternyata tidak gampang:
Perlu pengorbanan waktu,
kehilangan jam kerja,
bersusah payah menghibur dengan kata dan belaian,
mondar-mandir melayani anak sakit,
dan tak jarang
diri sendiripun akhirnya jatuh sakit gara-gara begadang dan stress
dan ini berarti ......
kehilangan lagi waktu untuk bekerja.
Kehangatan hati perlu empati.
Kata empati sendiri berasal dari bahasa junani em-pathein> pathos>= perasaan/sakit /derita
Empati adalah kemampuan untuk memahami situasi orang lain, yaitu perasaannya.
Mungkin secara harafiah jadi berarti ikut merasa sakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
iya pak...
empati kadang selain bersifat batiniah juga fisik...
seperti kalo pas anak saya sakit sewaktu saya pijat dan peluk dia kayaknya bener-bener ada energi yg pindah...
saya ikut merasakan 'panas' secara fisik...
dan memang inilah yg mengurangi sakitnya dia....
hola2.. hari ini 23 feb, florestiga sudah posting 3 yang baru (memang musim hujan jangan minum limun soda ya).
Posting Komentar