Selasa, 29 April 2008

Kebahagiaan Dosen LB

LB ADALAH SINGKATAN DOSEN LUAR BIASA, artinya dosen tidak tetap. Kalau dosen tetap mendapat gaji bulanan, dosen LB tidak, dia hanya mendapat upah kalau dia mengajar, kalau bolos atau libur, tidak akan dapat apa2… makanya para LB ingin naik tingkat menjadi DB, Dosen Biasa. Saya adalah salah satunya. Tapi entah kenapa, sudah bertahun-tahun mengajar, dan diajukan menjadi DB, status saya tidak beranjak. sementara teman2 saya yang baru masuk dengan mudahnya statusnya meningkat. Wah, pasti ada apa2nya nih, demikian pikir saya dan teman2 yang senasib… kami jadi suka mengeluh, menggossip, dan berpikir negative, hanya karena masalah itu. Padahal kalau di pikir2, apa bedanya sih LB dan DB? Kalau mau hitung2an, pendapatan tidak jauh berbeda, karena untuk tiap sks honor LB lebih besar daripada DB… bedanya cuma ya itu tadi, gaji pokok… Sebenarnya saya ga terlalu tertarik pada hitung2an uang, jadi ngapain dipikirin? Kalau mikir masalah keadilan…ah, mana ada sih keadilan di dunia ini?
"Ma, bener
Mama itu dosen luar biasa?"
Jadi sekarang, saya sangat hepi dengan status saya yang kata teman2 forever LB, lebih hepi lagi setelah ada kejadian lucu dengan anak bungsu saya, Kayla…
Suatu sore Kayla menemukan kartu identitas saya, dan dengan matanya yang bulat dia datangi saya sambil bilang, “Ma, bener Mama itu dosen luar biasa?” saya mengangguk, dan dia menghampiri saya dengan wajah serius, “Siapa yang nulis di kartu ini? Mama sendiri atau universitas?” Dan bertubi-tubi ,”Ma, ngaku aja, ini Mama sendiri ya yang nulis? Jangan bohong ya Ma, nanti dosa lho…” Saya tidak bisa menjawab, karena terus ketawa. Kayla mencoba lagi, “Ma, aku tetap sayang Mama kok biarpun Mama bukan dosen luar biasa…”(Nan)

Minggu, 27 April 2008

Puisi tak Selesai...

Di Gedung Gedung Wangi
Tinggal anak anak yang sehat, berotak ranking kelas
dan bermata playstation
Mereka memiliki segalanya kecuali satu: Rasa lapar.
Ya mereka tak pernah merasa lapar
Karena makanan mengalir terus bak tayangan iklan TeVe
Mereka bahkan tak tahu apa itu lapar, mengapa ada orang kelaparan
Lidah mereka selalu memerlukan sensasi rasa makanan
Iklan menyuapi makanan kedalam mulut mereka
Mereka takkan makan makanan tanpa suplemen gengsi didalamnya
Jangan bilang mereka anak jahat
Jangan bilang mereka asosial
Karena mereka tak pernah tahu, apa itu lapar, mengapa ada orang lapar
....................................................................................................................
....................................................................................................................
Mata Rantai
Kelaparan bagai mata rantai panjang tak terhingga
Dingin, berat dan beku di lambungmu
Membelenggumu dalam-dalam
hingga kamu tak bisa lagi membedakan
ini lapar, rasa sakit atau sakratul maut.................................................

.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

Visual Selftalk







GAMBAR BIASANYA DIBUAT UNTUK ORANG LAIN. Lukisan dibuat, dipamerkan dan akhirnya dibeli orang untuk benda pajangan. Gambar ilustrasi dibuat untuk memperjelas isi buku pelajaran. Namun ada pula gambar yang sangat personal, gambar yang hanya ditujukan untuk diri sendiri. Bila orang normal suka bicara pada diri sendiri, maka terkadang ia bicara pada diri sendiri melalui gambar dan kata, terlebih bila ia mampu menggambar, inilah yang saya sebut sebagai visual self talk. Tujuannya visual selftalk bisa macam- macam, dari yang sekedar outlet emosi, obsesi, iseng, hingga eksplorasi visual. Agar lebih jelas, saya berikan beberapa visual selftalk yang di buat putri remaja saya.
Saya jadi ingat, gambar gambar sejenis juga sering saya buat ketika duduk dibangku sekolah. Visual selftalk yang berisi eksplorasi. Seolah tanpa makna, namun hasilnya terkadang mengejutkan dan dapat diolah menjadi ide karya. Apakah kebiasaan ini menurun kepada anak saya? Rasanya tidak. Saya meluaskan lagi ingatan saya. Ternyata beberapa teman-teman juga melakukannya di halaman belakang buku tulisnya. Kami biasa saling mengintip apa visual selftalk yang mereka buat. Asyik sekali.

Mengapa Mengamati Hujan?






DALAM TULISAN SEBELUMNYA BERJUDUL "KARAKTER HUJAN" saya mengajak Anda menjadi pengamat hujan. Ada puluhan hujan turun dalam satu bulan dan tiap hujan berbeda. Karena hujan yang datang bukan hujan yang sama. Ada hujan yang sangat romantis, ada hujan yang marah, ada hujan yang abadi, ada pula hujan yang mengamuk, dstnya.

Mengapa mengamati hujan? Jawaban telah saya bocorkan di tulisan sebelumnya, yakni agar peka terhadap fenomena alam. Kepekaan terhadap alam ini amat bermanfaat dan merupakan satu ilmu warisan nenek moyang kita yang mulai memudar. Padahal kepekaan alam ini amat sangat bermanfaat bagi manusia masa kini, bukan hanya sebagai pemburu, pramuka, petualang, tapi terutama untuk orang kota.

Orang kota perlu peka alam sehingga tak sembarang memperlakukan alam.
Saya percaya kepekaan terhadap alam ini akan mengurangi pembalakan hutan.
Kota lebih asri karena tanaman hijau mendapat ruang untuk bertumbuh.
Bagi saya inilah ilmu alam yang sejati.

Karakter Hujan

SAYA SUKA HUJAN SEKALIGUS BENCI. Tergantung dari jenis hujan seperti apa yang sedang turun. Mungkin Anda punya pengalaman dimana hujan lebat turun tak hentinya disertai angin kencang menakutkan. Tetes hujan ibarat paku diluncurkan dari langit kelam; Atau hujan padat tapi sangat lembut jatuh tanpa bunyi .Sangat nikmat berjalan ditengah hujan jenis ini .Seolah air turun membelai kulit kita.

Daripada ngomel menunggu hujan reda, mari mengamati hujan. Ada pelbagai karakter hujan selain 2 contoh yang saya berikan di atas. Coba amati butiran air yang jatuh dari langit, bunyi yang dikeluarkannya, bebauan yang dibawanya, serta hawa apa yang ditimbulkannya.

Sepintas, kegiatan mengamati hujan seperti pekerjaan mengada-ada. Namun dibalik kegiatan yang tampak sepele ini kita sedang mengasah kepekaan kita terhadap gejala alam. Suatu kepekaan yang dimiliki oleh nenek moyang kita di saat belum ada TV dan Radio. Kepekaan yang kini hanya tersisa pada suku-suku terasing dipedalaman.

Selasa, 22 April 2008

Definisi Seni



Art is beauty made a sacrament.
Art is finite human expression made
infinite by love
.

V. McNabb

Sudah banyak seniman, pemikir dan ahli mendefinisikan seni. Definisi diatas menarik bagi saya, karena tak lazim dan mengundang perenungan.

Kalimat pertama mengaitkan seni dengan keindahan. Ini hal biasa dan mendasar. Orang awampun tahu. Tapi, kelanjutan kalimatnya yang mencengangkan.
Seni tak berhenti setelah berhasil menciptakan ’ beauty’
Seni itu ’beauty’ made a sacrament’
Keindahan seni diangkat ketaraf sakramen (sacramentum/sacra/sakral/sacred/suci). Mencipta keindahan dalam seni berarti ikut ambil bagian dalam anugerah Tuhan. Karena Tuhan pemilik keindahan sejati. Keindahan itu sendiri bagian dari kebaikan dan kebenaran. Tiga serangkai ini ini sumbernya Tuhan dan tak boleh dipisahkan. (Tentu ini tak berarti seniman harus menggarap tema keagamaan dan memasukkan unsur ajaran agama dalam setiap karyanya)

Kalimat kedua mengatakan seni itu ungkapan jiwa manusia. Bukan binatang. Binatang membangun sarang berdasar insting dan kemampuan ini telah diprogram oleh sang Pencipta dalam dirinya. Manusia beda. Ia tak semata dikendalikan insting. Ia berakalbudi dan diberi daya kreatif. Seninya merupakan ungkapan jiwanya. Manusia itu pencipta (dengan ’p’ kecil).
Seni sebagai ekspresi manusia ini harus diberi tempat selayaknya dalam hidup manusia.
Apabila dikekang, manusia akan menjadi seperti binatang. Pendidikan seni jangan dianaktirikan di SMP dan SMA, karena seni memanusiakan manusia. Daerah yang tertimpa bencana gempa dan tsunami perlu ditolong dengan makanan, minuman, pengobatan dan juga seni.
Di Aceh ada relawan yang menolong anak-anak yang trauma terhadap tsunami dengan terapi gambar, terapi tarian dan nyanyian. Seni itu ekspresi ungkapan hati manusia, bila dibungkam ia akan meledak menjadi kekerasan.

’Finite human expression’
Ekspresi seni manusia ini terbatas/fana.
Terbatas oleh bahasa, oleh cara gambar, oleh budaya, oleh kebiasaan, oleh zaman dsbnya. Coba saja amati relief Borobudur, relief itu sebenarnya berfungsi seperti komik agama Budha. Mengertikan kita bila melihat panil-panil reliefnya? Tidak. Mengapa? Karena terbatas. Corak manusianya tak seperti komik masa kini, belum lagi cara berceritanya. Itu seni rupa Borobudur. Kita belum bicara tentang aneka aliran musik, tari dan sastra.

Selanjutnya.
Seni itu terbatas. Namun bisa menjadi tak terbatas/abadi oleh ’Kasih’.
‘Art is finite human expression made
infinite by love.’
Mengapa? Kasih itu bahasa universal. Kita mungkin tak bisa bahasa perancis, tapi orang pertancis mengerti bahasa kasih.
Prinsip sederhana tapi sangat dibutuhkan seni.
Warna, gambar, bentuk, bahan, cat, tekstur yang terbatas itu menjelma menjadi tak terbatas oleh Kasih.
Bayangkan kalau desain iklan menerapkan ini.
Kalau lukisan, patung, film, desain mobil, majalah, rumah, mode menerapkan ini.

Minggu, 20 April 2008

Monumen Tuhan


Kapan saatnya kita paling sadar akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita?
Jujur saja, saya merasakan atau lebih mudah merasakannya pada saat kritis atau saat sukses. Ketika menghadapi test masuk ITB, saya berdoa supaya diterima.Ketika sidang tugas akhir. Ketika menghadapi proses kelahiran anak, ketika sakit parah, ketika takut mencengkam dan tak berdaya, ketika anak sakit kena DBD. Atau ketika mata melihat keindahan alam ciptaanNya, ketika berada di puncak kesuksesan, ketika doa dijawab.
Saat saat seperti inilah yang membuat kita merasa kehadiran Tuhan.
Saya rasa setiap orang punya pengalaman serupa. Dalam keadaan biasa, ketika hidup terasa mapan relatif tanpa problem, sering kita menengok kebelakang melihat peristiwa tadi. Bagi saya peristiwa semacam itu saya sebut sebagai monumen Tuhan dalam hidup saya. Saya mengingat ada monumen -monumen Tuhan sejak masa anak, remaja hingga dewasa kini. Monumen dalam kehidupan kita biasanya merupakan semacam patung/prasasti/bangunan untuk memperingati jasa pahlawan atau mengenang suatu peristiwa bersejarah. Monumen Tuhan adalah suatu peristiwa dalam hidup kita dimana Tuhan menyapa dan bertindak secara nyata, sehingga tak lepas dari memori kita. (foto: oleh penulis)

KOMUNIKASIH


Saya suka membaca buku komunikasi. Ada satu pakar komunikasi yang saya lupa namanya tapi tak bisa saya lupakan kata-katanya. Dia berkata bahwa manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Orang berkomunikasi bukan hanya pada saat ia berbicara dan menulis saja. Ketika sedang berdiam diripun ia sedang berkomunikasi, dengan mogok bicara ia menyatakan bahwa ia marah pada pasangannya atau ia sedang berduka atau ia merasa minder ditengah rapat. Manusia berkomunikasi dengan sikap tubuh, mimik muka, penampilan dstnya.
Boleh dikata setiap hari kita mengirim beribu pesan kepada sesama kita. Salah satu contohnya adalah kata- kata yang sedang anda baca ini melalui internet. Sebelumnya mungkin anda telah mendapat pesan lisan dari kawan, membaca pesan tertulis di surat kabar/email, atau menghibur diri dengan melahap komik jepang.
Jadi kesimpulannya: komunikasi penting dalam hidup kita. Karena penting, kita mesti peduli dengan akibat yang ditimbulkannya. Ya, reaksi orang terhadap komunikasi bisa marah, bisa senang, bisa benci, bisa simpati, bisa bosan, bisa juga cuek dan sebagainya.
Dari tersentil, tersinggung hingga perang Bratayuda.
Tunggu sebentar, dari tadi dibicarakan komunikasi tapi judul di atas komunikasih. Apakah judulnya salah ketik? Bukan. Ini kesengajaan. Komunikasih = komunikasi + kasih. Ini untuk mengingatkan diri agar dalam berkomunikasi senantiasa menambahkan kasih. Supaya saya sadar bahwa komunikasi-apapun bentuknya, dimanapun tempatnya- tanpa cintakasih itu hambar. Bahkan bisa merosot ketaraf komunikasi manipulatif -represif.
Komunikasih ketika berbicara dengan teman
Komunikasih ketika mengajar mahasiswa
Komunikasih ketika menyuruh pembantu
Komunikasih ketika berkarya
Komunikasih ketika menegur kesalahan teman
Komunikasih ketika mengkritik orang
Komunikasih ketika .....
(foto:oleh penulis)

Rabu, 09 April 2008

Slow Toys




Anak suka bermain. Tak heran bila anak juga suka mainan. Mainan macam apa yang dimainkan anak masa kini? Mainan apa yang mendominasi pasar? Apakah mainan itu mendidik anak?
Jika pertanyaan ini diajukan kepada para pendidik, patut diduga kita akan menerima jawaban yang negatif. Banyak mainan yang tak edukatif, beresiko mencelakakan
anak, tak kreatif dan membuat anak jadi konsumtif.
Mainan jenis ini saya sebut sebagai Fast Toys(terinspirasi FastFood). Fast Toys adalah mainan instant, lazimnya dari plastik, sensasional, tak ramah lingkungan dan sering bersifat musiman seperti mainan yang popular karena filmnya juga popular. Dengan cepat mainan popular macam ini akan digantikan oleh mainan lainnya yang lebih atraktif.

Sebab itu Fast Toys menurut saya merupakan istilah yang tepat. Benar-benar tak bergizi bagi imajinasi dan mental anak (bak Fast Food tak bergizi bagi tubuh anak).

Sebaliknya, ada mainan yang saya sebut sebagai Slow Toys.
Slow Toys mungkin kurang sensasional dari segi visual, mungkin ’kampungan’,
mungkin tampak murahan, tapi nilai edukasinya amat sangat tinggi.
Slow Toys bisa dan seringkali keluar dari inspirasi anak itu sendiri. Atau bahkan anak bisa membuatnya sendiri. Slow Toys amat sangat ramah lingkungan. Selesai bermain, Slow Toys melebur kembali ke asalnya: jadi peralatan dapur, serbet, sarung , sapu dstnya.
Putri bungsu kami contohnya, mempraktekkan Slow Toys. Ia meminta omanya membuat balutan tangan dari kain. Ternyata maksudnya seperti balutan tangan orang yang patah tangan. Maka dibuatlah balutan dari kain seadanya. Kemudian setelah jadi, ia berjalan, berlari bagai anak yang sungguh-sungguh patah tangannya. Ketika ditanya darimana ia tahu balutan tangan, ia bilang ada teman sekolah yang tangannya diperlakukan demikian.
Jadi kami menyimpulkan, ketika ia sedang bermain dengan kain sebagai balutan, bermain peran, ikut merasakan bagaimana bila tangan dibalut seperti temannya.

Dari Terdate sampai Becki



Bagaimana anak kecil menamai binatang peliharaannya?
Mengapa peduli kepada nama yang diberikan anak untuk peliharaanya?
Inilah nama-nama binatang seperti kelinci, bebek, kucing, anjing yang pernah atau sedang kami pelihara. Semuanya diberikan oleh anak-anak kami. Dari nama yang diberikan, bisa ditebak apa perhatiannya, imajinasinya, kepeduliannya dan pemikirannya.

Terdate
: Sebelum kami memelihara binatang, rumah kami sering dikunjungi anjing tetangga. Anjing ini galak sekali, ada si putih betinanya dan si coklat yang jantan.Mereka sering bertandang ke tempat kami karena di rumah sebrang mereka jarang di beri makan dan diperhatikan majikannya. Mereka lebih akrab dengan anak-anak kami. Pada suatu ketika si putih beranak. Setelah punya anakpun, kebiasaan bertandang ke tempat kami tetap dilakukan, hanya perbedaannya kini rombongan anjing. Putih dan Coklat bersama anak-anaknya. Anak-anak anjing langsung di beri nama oleh anak-anak kami. Salah satunya adalah Terdate (singkatan dari Terpisah Dari Temannya). Terdate memang sering diasingkan dari kawanan anak anjing, jadi nama yang amat tepat dan unik.


Ekli: Suatu hari kami membeli anak kelinci coklat mungil di Lembang. Karena belum tahu cara mengurus kelinci kami biarkan ia di dalam rumah. Putri kami yang kecil senang sekali, ia menamai kelinci dengan Ekli.( singkatan dari Eh...Klinci).
Namun ternyata Ekli jorok sekali sehingga ia tidak boleh lagi tinggal didalam rumah, ia harus tidur di luar rumah. Demikianlah malam itu Ekli di luar. Pagi harinya kami menjumpai Ekli sangat lemah dan sakit. Rupanya tadi malam ia hujan-hujanan. Kami berupaya menghangatkannya denghan lampu panas, namun tak tertolong. Ekli meregang nyawa. Tentu putri kami amat sangat sedih. Suatu waktu, kami membeli kelinci lain, namanya siapa? Putri kami memberi nama Ekli. Klinci baru mirip Ekli bulunya tapi sangat kuat. Semakin hari semakin dewasa. Ia semakin berani. Suka menubruk dan menggigit kaki kami jika tak di elus atau diperhatikan. Ekli juga memakan semua tanaman hias, seakan ia bereksplorasi keseluruh taman mencicipi aneka dedaunan.
Pernah setengan cemara mini kami habis dimakannya. Akhirnya dengan berat hati Ekli kami berikan kepada saudara kami.

Polut: Ini bukan singkatan, tapi satu nama utuh yang diberikan oleh anak laki kami karena bulu kucing ini halus dan lembut, terutama dibagian perutnya. Anak ini amat
Senang dan gemas mengelus Polut.Polut amat berkesan karena ia satu-satunya kucing kami yang suka jagung. Benar-benar suka seperti ia mendapat daging bila makan jagung.
Aneh tapi kenyataan.

Coklut: Kucing ini mendapat nama ini karena bulunya coklat. Coklat digabung dengan Polut (nama induk kucing) menjadi Coklut.

Belo: Nama kucing yang satu ini diberikan karena ciri khas matanya. Sejak lahir msekeliling matanya seperti memakai eye shadow hitam. Sehingga matanya seperti Belo.

Gay:Kami diminta memilih dari sekian anak anjing lucu. Bingung juga.Karena semua lucu. Akhirnya diputuskan mengadopsi anjing kecil yang paling berani menghampiri ketika didekati. Kami beri nama: Gay. Gay cocok sekali karena anjing ini sangat gembira dan cerdas sehingga semua menyayanginya. Sekalipun demikian ia sangat galak terhadap orang asing. Sudah beberapa kali ia menggigit orang.

Moli: Ada tetangga yang tak menyuikai Gay karena kegalakkannya. Jadilah suatu tragedi. Suatu malam ia diculik tanpa bekas sedikitpun. Kami sangat kehilangan.
Sebagai ganti kami diberi anjing lain. Namanya ternyata sudah ada. Mengejutkan. Ternyata sama dengan nama salah satu anak kami. Langsung namanya kami ganti dan anak anak memberinya nama Moli, nama tanpa konsep apapun.

Becki:Yang ini nama bebek. Ya kami pernah mencoba memelihara bebek. Kami beli di pasar bayi bebek. Setelah dipelihara sekian lama, lho kok tak menjadi bebek berbulu putih, malah justru menjadi bebek coklat buruk rupa. Ia di beri nama Becky. Bebek ini sangat jorok menurut standar manusia. Karena setelah kami amati bebek serupa di tempat lain, ternyata bebek jenis ini memang senang berkubang di lumpur. Jadi setiap kami merapikan kandangnya, tak lama kemudian berubah jadi jorok dan bau kembali.Itulah yang akhirnya membuat kami menyerahkan Becky kepada tetangga kami. Tapi ada kenangan unik tentang perilaku Becky. Rupanya bebek ini binatang yang suka bersosialisasi. Kalau dihabitatnya ia akan berjalan beriring bersama bebek-bebek lainnya. Karena di taman kami tak ada binatang lain selain anjing dan kelinci, maka jadilah anjing dan kelinci teman Becky. Kemanapun mereka pergi Becky membuntuti mereka.

Senin, 07 April 2008

Mewawancarai Mata


(Mata merupakan organ tubuh manusia yang penting. Coba bayangkan bila kita tanpanya. Kita tak dapat menikmati TV, Film, komik kesayangan kita lagi .Mengingat betapa besar jasa mata bagi kehidupan manusia, ada baiknya kita wawancara sejenak untuk mendengar aspirasinya)

Penulis(P): Mata, apa yang terpenting bagi Anda sekarang?
Mata(M): Belajar Melihat dari Anak
P: Apa? Belajar melihat dari anak? Bukannya terbalik? Anak dong yang harus belajar melihat dari ortu. Karena anak belum bisa melihat bahaya mengintip disekitarnya, anak belum bisa melihat orang berniat jahat atau baik.
M: Itu benar, tapi bukan itu maksudnya.
P:Lantas?
M:Maksudnya ini,
Anak melihat berbagai hal yang dijumpainya dengan mata yang terpesona.

P: Orang Gede juga melihat dan terpesona. What’s the difference?
M: Begini, mata yang terpesona itu mata yang melihat segala sesuatu itu dengan rasa takjub dan fresh, seolah untuk pertama kalinya berjumpa. Kemampuan dan kepekaan ini juga dimiliki oleh para seniman. Namun pada anak, mata terpesona ini alamiah....
P: Ya iyalah, kan Orang bilang anak masih polos dan jujur.
M: Tunggu saya belum menyelesaikan kalimat saya...Pada orang dewasa kemampuan ini berkurang, atau bahkan sirna. Mengapa? Karena pendidikan yang terlalu menekankan pada rasio. Rasio menjadi patokan utama dan tertinggi. Akibatnya orang melihat apakah ini menguntungkan bagiku, apakah ini berguna, apa fungsinya ? Mata yang mengagumi itu tak ada lagi.Seharusnya rasio berkembang tapi tanpa membunuh kreatifitas.Untuk membangkitkannya, orang dewasa perlu banyak berlatih, langkah awalnya adalah belajar dari anak.
P: Tapi apa perlunya mata terpesona lagi?
M: Perlu dan penting sekali. Ini cikal bakal dari kreativitas.
P: Iya juga ya. Tadi katanya kita mesti belajar dari anak, lantas konkritnya gimana?
M: Itu berarti berani menanggalkan gengsi, mengesampingkan dominasi rasio, masuk dunia imanjinasi dan mengikuti dorongan bermain, tak hanya mengandalkan alam sadar tapi juga ambang sadar dan tak sadar.
P: Wah wah wah mulai ada teori-teori dan perlu waktu untuk penjelasan.Tapi sementara
cukup dulu, yang penting sudah punya gambaran kasar sekarang.
Nanti kita sambung lagi.
M: Oke, thanks.

Rabu, 02 April 2008

Mahewa, Bijama, Babama dan Sahewa


Madewa adalah Manusia Setengah Dewa
Itu obsesi kita manusia
Tercermin di komik superhero
Ditembangkan di lagu, Madewa
Tak hanya di Barat, Timurpun demikian
Kita bermimpi menjadi Madewa
Sakti mandraguna adimampu

Madewa juga mampu membuat
binatang naik derajat, menjadi
Bijama.
Bijama adalah Binatang jadi Manusia
Tidak percaya? Lihatlah petshop menjamur
Binatang sekarang jadi manusia: disisiri, pakai shampo wangi,
Manicure, pedicure, dilatih sopan santun, diajak bicara, tidur
di kasur empuk disamping sang majikan. Itulah Bijama!

Madewa juga mampu membuat
barang naik derajat, menjadi Babama.
Babama alias barang bak manusia
Tidak percaya? Lihatlah salon salon mobil
Barang sekarang ibarat manusia: dimandikan, pakai shampo wangi,
manicure, pedicure, spa, diajak bicara, terbayang dalam tidur,
Parkir di gedung mewah, disayangi sang majikan. Itulah Babama!


Madewa, Bijama, Babama...
Tapi, apapula Sahewa?
Sesamaku Hewani!
Siapa dia? Orang lain, Sesama kita.
Madewa mengangkat Barang jadi Babama
Madewa mengangkat Hewan jadi Mahewa
Sambil menurunkan Sesamanya menjadi Sahewa


Tidak percaya?
Banyak Sahewa Sahewa di negeri ini.
Sahewa berada dalam penjara ketakpedulian kita
Sahewa ditulis dikoran koran. Sahewa makan aking,
Sahewa bisa juga tak makan berhari-hari, Sahewa busung lapar,
Sahewa bisa membunuh anak dan dirinya!
Sahewa mati dalam diam...

Demikian berita suratkabar yang dibaca Madewa
sambil memeluk Bijama dan Babama
Madewa kemudian mengubur dalam-dalam Sahewa
dalam liang lahat amnesia