Kamu diberi dua mata,
tapi kamu belum bisa melihat derita kami
Kamu diberi dua telinga,
tetapi kamu belum juga mendengar jeritan kami
Kamu diberi dua lubang hidung,
tapi kamu tak mampu mengendus kebusukkan
sampai ada yang mati kelaparan
padahal kamu tak pernah berhenti bernafas melaluinya
Kamu punya dua kaki
Tapi kamu tak bergegas menghampiri kami
Kamu cuma ongkang-ongkang kaki
Kamu punya dua tangan
Tapi kamu pakai untuk menutupi matamu, telingamu,
hidungmu. Kapan tanganmu terulur bagi kami?
Kamu cuma diberi satu lidah
Tapi kamu makan sebanyak banyaknya
kamu makan beras kami, kamu makan listrik kami, kamu
makan tanah kami, kamu makan minyak kami
kamu makan semuanya
Kamu cuma diberi satu mulut, bukan dua
Itu supaya
kamu setia
pada janji janjimu
Itu supaya
kamu setia
pada sumpahmu
tapi kamu belum bisa melihat derita kami
Kamu diberi dua telinga,
tetapi kamu belum juga mendengar jeritan kami
Kamu diberi dua lubang hidung,
tapi kamu tak mampu mengendus kebusukkan
sampai ada yang mati kelaparan
padahal kamu tak pernah berhenti bernafas melaluinya
Kamu punya dua kaki
Tapi kamu tak bergegas menghampiri kami
Kamu cuma ongkang-ongkang kaki
Kamu punya dua tangan
Tapi kamu pakai untuk menutupi matamu, telingamu,
hidungmu. Kapan tanganmu terulur bagi kami?
Kamu cuma diberi satu lidah
Tapi kamu makan sebanyak banyaknya
kamu makan beras kami, kamu makan listrik kami, kamu
makan tanah kami, kamu makan minyak kami
kamu makan semuanya
Kamu cuma diberi satu mulut, bukan dua
Itu supaya
kamu setia
pada janji janjimu
Itu supaya
kamu setia
pada sumpahmu
2 komentar:
he...he....he....pa rene marah kok puitis...
ooo...lagi lupa sih ya kalo lagi marah he....he....he....
Tul betul betul...
Posting Komentar