Minggu, 23 Maret 2008
Surat sudah Mati?
Kapan terakhir Anda berkirim surat? Mungkin Anda masih bersurat-suratan dengan seseorang jauh di kampung sana atau mungkin juga sudah jarang. Tetapi yang pasti, kini berkirim surat sudah jarang dilakukan orang.
Tak tampak lagi orang berjejal mengantri di kantor Pos mengantri membeli perangko dan mengirimkan suratnya. Masih terbayang kita menantikan tukang pos membawa surat berisi kabar baik dan dengan berdebar kita membuka surat,. Suasana semacam ini semakin langka. Kini paling banter surat menyurat dilakukan dalam rangka urusan kantor, sebagai dokumen tertulis.
Kini orang lebih suka mengirim SMS. SMS lebih murah, cepat, dan gengsi tinggi.Mungkin itu sebabnya SMS gemar menggunakan bahasa yang super ringkas. Dalam hitungan detik kita dapat mengetahui kabar mutakhir tentang seseorang yang jauh dari kita. Melalui SMS kita dapat menyebar satu pesan kepada banyak orang. Belum lagi fasilitas MMS yang memampukan kita mengirim gambar/foto. Komunikasi jadi praktis, murah lebih seru dan mudah diakses. Matikah surat? Tidak.
Surat yang sudah lama ditinggalkan orang karena tak praktis dan lamban ternyata punya keunikan tersendiri.
Orang harus benar benar berpikir sebelum menuangkan pikirannya kedalam tulisan. Akan janggal bila suratnya menggunakan singkatan bak SMS. Pada surat kita dapat membaca kepribadian penulis melalui corak tulisan tangannya, pilihan kertas dan amplop. Seakan pribadi pengirim hadir menjelma dalam ujud surat.
Surat tak perlu mati dijaman SMS ini, surat masih bisa hidup karena ia punya kelebihan tersendiri. Asal tahu memanfaatkannya, surat dapat menjadi media yang efektif untuk membangun relasi antar manusia. Ada beberapa contoh:
Teman saya mengalami bentrokan dengan ayahnya. Bentrokan yang diwarnai dengan adu mulut. Akhirnya mereka tak saling sapa. Sebab berbicara berarti perang lagi. Teman saya ingin menyelesaikan perkara. Tiba tiba ia dapat gagasan, ia menulis surat, ditujukan kepada sang ayah. Surat untuk orang serumah. Surat dikirim dan isi surat ternyata dapat mencairkan kebekuan komunikasi.
Di rumah kami, sibungsu juga sering surat-suratan dengan mamanya. Bukan karena bermasalah atau karena mamanya jarang ada di rumah, Tetapi surat untuk bermain, mempererat hubungan dan menghibur diri. Omong langsung juga bisa, tetapi melalui surat ternyata ada nuansa yang berbeda
”Halo Ma! Abis tidur nieH! , Ala lagi nulis surat untuk mama boleh ngak? Buka pintunya biar Ala bisa bersayangan sama Mama! ya boo...
Buat : Mama
Dari: Kayla
Jawab:
Halo Lala
Aku belum Bobo, abis Ala ribut2 terus siiih...Sekarang mama buka pintu deh biar bisa bersayangan sama si Ompong hehe hehe! Ayo sini Boo...!
Kayla;
Iyalah. Ala terima deh tapi jangan bilang.........dstnya......
(Ada banyak surat-surat macam begini di rumah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar