INI BUKAN SINISME untuk menyindir keterpurukan kita saat ini. Orang punya duit, tapi tak mampu beli gas, mungkin sebentar lagi bensin bernasib sama: langka!Mari kembali seperti manusia purba! Mengapa?
Manusia purba itu menghadapi alam yang ganas dan binatang buas yang mungkin belum mereka kenali. Tak heran bila guntur dan petir dianggap sebagai kekuatan gaib. Apa yang mereka andalkan?
Komputer untuk mencari data tentang apa itu petir? Tak ada.
Ketika di gua hunian gulita, mereka tak semudah kita orang kota, tinggal memijit tombol lampu, maka menyalalah lampu.
Ketika mereka lapar dan butuh daging, mereka tidak dapat mengunjungi supermarket seperti kita untuk memilih jenis daging yang diinginkan, mereka harus berjuang di luar sana memburu makanannya dan terkadang justru merekalah yang jadi buruan dan korban binatang buas.
Mereka berburu bukan dengan bedil, tapi dengan tombak kayu dan batu.
Kita belum bicara tentang bagaimana cara mereka memasak daging, tentu tidak seperti kita yang tinggal menyalakan kompor gas.
Kemudian, bila bosan, kita tinggal mengeluarkan mobil dari garasi dan jalan jalan di aspal mulus.
Bagaimana dengan manusia purba?
Manusia purba mulai dari keadaan nol, sebab itu mereka mengandalkan segenap kemampuan dirinya.
Tak ada teknologi tempat bersandar seperti
mobil, laptop, kompor, kamera, radio, televisi.
Mereka hanya berpaling kepada tubuhnya. Melatih dan mengasahnya.
Sehingga mata setajam elang, tubuh selincah macan, tenaga sekuat kuda, telinga dan hidung sepeka anjing pemburu dan daya ingat sangat kuat. Mungkin saat inilah Tuihan puas melihat
manusia menggunakan pancainderanya secara optimal.
Inilah yang hilang dari manusia modern masa kini.
Oleh sebab itu: Mari kembali jadi manusia purba.
Manusia purba itu menghadapi alam yang ganas dan binatang buas yang mungkin belum mereka kenali. Tak heran bila guntur dan petir dianggap sebagai kekuatan gaib. Apa yang mereka andalkan?
Komputer untuk mencari data tentang apa itu petir? Tak ada.
Ketika di gua hunian gulita, mereka tak semudah kita orang kota, tinggal memijit tombol lampu, maka menyalalah lampu.
Ketika mereka lapar dan butuh daging, mereka tidak dapat mengunjungi supermarket seperti kita untuk memilih jenis daging yang diinginkan, mereka harus berjuang di luar sana memburu makanannya dan terkadang justru merekalah yang jadi buruan dan korban binatang buas.
Mereka berburu bukan dengan bedil, tapi dengan tombak kayu dan batu.
Kita belum bicara tentang bagaimana cara mereka memasak daging, tentu tidak seperti kita yang tinggal menyalakan kompor gas.
Kemudian, bila bosan, kita tinggal mengeluarkan mobil dari garasi dan jalan jalan di aspal mulus.
Bagaimana dengan manusia purba?
Manusia purba mulai dari keadaan nol, sebab itu mereka mengandalkan segenap kemampuan dirinya.
Tak ada teknologi tempat bersandar seperti
mobil, laptop, kompor, kamera, radio, televisi.
Mereka hanya berpaling kepada tubuhnya. Melatih dan mengasahnya.
Sehingga mata setajam elang, tubuh selincah macan, tenaga sekuat kuda, telinga dan hidung sepeka anjing pemburu dan daya ingat sangat kuat. Mungkin saat inilah Tuihan puas melihat
manusia menggunakan pancainderanya secara optimal.
Inilah yang hilang dari manusia modern masa kini.
Oleh sebab itu: Mari kembali jadi manusia purba.
(Gambar dari Corel image).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar