Selasa, 15 Juli 2008

Sadar & Seni

Kalau jalan-jalan keliling kampus seni rupa, saya sering sempatkan mampir di studio seni lukis. Saat itu studio sepi, tak ada kegiatan. Jadi saya bebas melihat-lihat lukisan yang ada di dinding, dilantai dan di atas meja. Banyak lukisan yang bagus menurut saya, namun yang menarik bagi saya bukan hanya kepiawaian tangan para pelukisnya, tetapi ada sisi lain dari hasil karya itu.
Melihat karya buka ternyata juga menumbuhkan ’kesadaran’. Ya, setiap berhadapan dengan lukisan ada satu kesadaran baru. Setelah melihat lukisan bunga Van Gogh, misalnya timbul suatu ’kesadaran’ yang sukar dilukiskan dengan bahasa verbal. Setelah pengalaman tadi, saya akan memandang bunga, terlebih bunga matahari, dengan kacamata baru. Pengalaman ketika melihat lukisan Van Gogh sebelumnya yang mempengaruhinya.


Bahkan, menurut saya, sangat mungkin ,berhasil gagalnya suatu lukisan bisa dinilai dari ada tidaknya ’kesadaran ini’ . Bisa terjadi teknik pelukis luar biasa fasih, karya lukisannya luar biasa mirip dengan objek yang dilukis, namun miskin’ kesadaran’.

Ya, karena semakin ’sadar’ semakin apresiatif. ’Sadar’ itu tak berarti saya harus mengerti makna lukisan secara kognitif. Kesadaran ini melampaui kemampuan rasio. ’Kesadaran’ itu hadir ketika berhadapan dengan karya Da Vinci, ketika berhadapan dengan karya Salvador Dali, Van Gogh, Modigliani, atau gambar karya manusia prasejarah di gua Lascaux. Apa yang kita sadari ketika berhadapan dengan karya seni rupa memperkaya batin kita. Ini mungkin yang pernah dikatakan orang bahwa seni itu bisa memperhalus budi.

Tidak ada komentar: