Selasa, 05 Agustus 2008

Tulisan 14 Tahun Lalu



Lahir, ulang tahun, wisuda, pernikahan dan kematian merupakan beberapa momen penting dalam kehidupan kita. Kita merayakannya dan juga kita berupaya mengabadikannya dengan berbagai ungkapan dan cara. Dari ekspresi yang murah dan bersahaja seperti tulisan tangan di buku harian sampai yang menuntut biaya dan teknologi seperti foto, film keluarga dsbnya.

Ada suatu dorongan yang membuat seorang ibu yang baru melahirkan merasa penting untuk mencatat dalam buku harian perkembangan perilaku bayinya. Seorang pemuda kasmaran tiba-tiba mampu merangkai kata mencipta sajak cinta. Seorang anak sambil bercucuran airmata membaca puisi yang menyentuh tentang ibunda didepan peti jenazah ibunya.
Dorongan ini acapkali muncul dalam diri manusia, tak peduli ia seniman atau bukan.

Ketika merapikan rak buku, saya menjumpai beberapa buku yang merekam momen semacam ini. Ada tulisan dari istri saya tentang kelahiran putri kami, ditulis 13 tahun lalu, di buat di beberapa buku tulis. Semua kami simpan, karena kami anggap semua benda itu merekam momen penting dalam kehidupan keluarga kami.


Saya turunkan buku berdebu itu dari rak dan memperlihatkannya pada istri saya.
Reaksi istri saya ternyata sama. Melalui tulisan itu, kenangan masa lalu ketika putri kami masih bayi muncul kembali sangat kuat. Kami heran ternyata begitu banyak hal yang kami lupakan. Untung ada catatan ini. Membaca catatan harian ini bukan saja membuka kenangan indah, tetapi juga betapa berharganya anugerah Tuhan.
O, ya..... bukan kami saja yang merasa anugerah Tuhan, putri kamipun turut merasakannya ketika ia membaca catatan harian bayinya.

1 komentar:

fleuriperi mengatakan...

waktu marsha kecil saya masih rajin mencatat. waktu deandra lahir.. sesekali ingin mencatat, tapi nanti ke nanti terus... sampai lupa dan masa balitanya terlewat. sekarang saya merekam semua gambar2nya, kerjanya, tata letak mainannya.. tapi tetap saja lupa mencatatnya dalam tulisan.. (nasib anak bungsu...)